Ereveld Menteng Pulo-Kuburan Bersejarah di tengah Ibu Kota

Berawal dari sebuah pemandangan dari lantai 12 Wisma Staco, saya melihat areal pekuburan dengan nisan berbentuk salib yang tersusun rapi. Tepat ditengah pekuburan tersebut, ada sebuah bangunan seperti gereja, tapi juga ada sebuah bangunan dengan atap berbentuk kubah seperti Masjid. Pemandangan yang berbeda ini membuat saya penasaran dengan tempat tersebut. Saya mengira bahwa itu adalah bagian dari TPU Menteng Pulo atau yang biasa kita kenal dengan kuburan Kasablanka.

Suatu hari, saya menuju Wisma Staco melalui jalan belakang yang melewati Pasar Menteng Pulo dan menemukan papan penunjuk arah menuju Jakarta War Cemetery. Bisa jadi, itu adalah petunjuk menuju tempat yang selama ini saya lihat dari kaca besar di lantai 12. Berbekal rasa penasaran, saya mencari tahu tentang hal tersebut dan bagaimana menuju kesana.
Gerbang utama Ereveld Menteng Pulo;.

Satu tahun sudah rasa penasaran itu tersimpan, hingga akhirnya saya bisa menjajakan kaki ke tempat tersebut. Bersama teman saya Natasha yang memiliki hobi fotografi, kami menjelajah kuburan yang dikelola oleh Yayasan Makam Kehormatan Belanda tersebut.

Banyak orang yang tidak mengetahui keberadaan makam ini, termasuk penduduk sekitar. Sewaktu saya menuju ke tempat ini, beberapa orang disekitar makam bingung, untuk apa saya datang? Sepengetahuan mereka, makam tersebut tidak terbuka untuk umum.

Setelah melewati beberapa gerbang yang selalu tergembok, kami mendapatkan gerbang utama makam. Ada bel yang disediakan disana. Natasha memencet bel dan tidak lama kemudian seorang bapak keluar membukakan gerbang mempersilahkan kami masuk. Pertanyaan yang sama disampaikan, apa tujuan kami ke makam tersebut?

Pada saat itu hanya kami berdua pengunjung makam. Kami melihat papan informasi yang terletak dekat gerbang utama makam. Walaupun didominasi oleh nisan berbentuk salib yang menandakan kuburan Kristen, ada beberapa agama lain yang dikuburkan di tempat tersebut. Mereka yang dikubur di tempat ini adalah korban perang pada saat Perang Dunia dan tentara KNIL.



Ereveld adalah kuburan kehormatan Belanda. Ada beberapa Ereveld yang tersebar di seluruh dunia, 7 diantaranya ada di Indonesia dan dua diantaranya ada di Jakarta, di Menteng Pulo dan di Ancol. Ereveld Menteng Pulo sendiri terkenal dengan Columbarium, tempat menyimpan guci berisi abu jenazah tawanan Jepang yang dikremasi disana, dan Gereja Simultan. Ditengah bangunan Columbarium terdapat kolam yang memantulkan seluruh bangunan columbarium.

Makam ini dibangun sekitar tahun 1946 karena jenazah pertama yang dimakamkan di tempat ini pada 14 Desember 1946 dan jenazah tersebut adalah warga sipil. Militer pertama yang dimakamkan di tempat ini baru pada 11 Februari 1947, yaitu prajurit W van Kammen. Pada acara peresmian makam ini Letnan Jendral Simon Hendrik Spoor menyaakan, " Di Makam Kehormatan Belanda Menteng Pulo ini orang kulit putih dan kulit berwarna terbaring berdampingan, pria, wanita dan anak-anak dari Pantai Utara dan dari Wilayah Selatan Belanda yang subur dan juga dari kelupauan tropis yan beraneka ragam ini. Mereka semua akan dimakamkan di sini tanpa memandang ras, agama, suku asal, pangkat, atau kedudukan." Kutipan ini saya dapatkan dari lembaran informasi yang didapat di pendopo dekat gerbang utama Ereveld.

Letnan S.H Spoor sendiri dimakamkan di tempat ini pada Mei 1949. Di tempat ini juga dimakamkan Brigadir Jendral A.W.S Mallaby yang menjadi pemicu pertempuran di Surabaya pada 10 November
1945.

Memasuki Columbarium, saya hanya terpaku dengan situasi taman dan columbarium tersebut dan tidak menyadari adanya simbol empat agama (Kristen, Islam, Budha, dan Yahudi), kehidupan, kematian, waktu, kekuatan, dan keabadian yang terletak di tiang-tiang penyangga koridor bangunan. Diujung Columbarium terdapat ruangan segi empat dengan kaca patri. Tempat ini memiliki atap berbentuk kubah seperti Masjid, yang waktu itu saya kira juga sebuah Masjid.
Columbarium

Ujung koridor columbarium.

Tepat disebelah Columbarium terdapat Gereja Simultan yang dibuat tidak sepenuhnya tertutup tembok. Sisi kiri dan kanan tembok ada lubang-lubang yang dengan beberapa simbol. Bagian atas kiri kanan tembok dibiarkan terbuka. Kursi jemaat gereja berwarna putih dan tidak memiliki sandaran. Di bagian depan ruangan terdapat mimbar kecil dan salib yang terbuat dari bantalan rel kereta api di Burma. Ada dua daun pintu gereja yang dihiasi dengan 6 kotak besi tempa simbol-simbol hewan dan binatang ciptaan Tuhan. Saya baru menyadari bahwa saya mengambil gambar bagian dalam gereja dari besi tempa yang berpentuk kepala kambing yang saya kira itu adalah Baphomet, salah satu simbol dari Freemason.

Saya dan Natasha tidak berani memasuki gedung gereja yang gelap dan sepi ditambah hari sudah semakin sore. Gereja ini tidak memiliki peribadatan rutin setiap minggunya, hanya dipakai saat acara kenegaraan Belanda di tempat tersebut setiap tanggal 4 Mei, yang saya kira sebagai peringatan pembubaran NAZI, dan tanggal 15 Agustus sebagai peringatan berakhirnya Perang Dunia ke-2. DI bagian depan halaman gereja terdapat sebuah lonceng besar dengan ukiran tulisan berbahasa Belanda.




Secara keseluruhan tempat ini sangat menarik, sepi, dan seperti jauh dari hiruk pikuk Ibu Kota, padahal letaknya diantara rumah-rumah, perkantoran, bahkan mall di Kasablanka. Karena bepergian ke tempat ini, akhirnya saya pun jadi kembali membuka-buka sejarah Indonesia dalam bagian Perang Dunia ke-2, dan kondisi pasca kemerdekaan.

Ada peraturan tidak tertulis yang ada ketika bepergian ke makam. Salah satunya adalah sikap dan sopan santun. Walaupun makamnya tertata rapi dan bagus, tapi namanya kuburan ya kuburan. Berteriak-teriak dan "banyak gaya" di makam bukanlah suatu sikap yang sepatutnya. Satu lagi peraturan yang diingatkan ketika berada di makam ini adalah, tidak diperkenankan memfoto nisan yang bertuliskan nama, tanggal lahir, dan tanggal mati. Hal ini dianggap kurang etis. Bayangkan jika ada orang yang "banyak gaya" dengan latar belakang kuburan salah satu keluarga atau orang yang kalian sayang, yang terlihat bentuk dan identitas nisannya. Belum lagi beberapa orang yang dimakamkan disini adalah warga pribumi yang menjadi anggota tentara KNIL.

Ereveld Menteng Pulo ini dibuka setiap hari pukul 08.00-18.00 untuk umum. Tidak ada biaya masuk untuk ke dalam, tapi kalian harus menuliskan data pengunjung di pendopo dekat gerbang utama. Dan ini ada video dadakan yang saya ambil ketika disana.


Comments

Popular posts from this blog

Indie Book Shop Tour: Wisata Asik Bagi Para Pecinta Buku

Diam & Dengarkan: Katarsis dalam Sebuah Retreat di Balik Layar Kaca