Posts

Diam & Dengarkan: Katarsis dalam Sebuah Retreat di Balik Layar Kaca

Image
Menonton film jadi salah satu kegiatan lambat yang membuat saya berpikir lebih dalam untuk memeperhatikan hal-hal kecil yang terlewat seperti seting tempat, lagu yang digunakan, atau pun gerakan kamera untuk mengkomunikasikan sesuatu. Selama lebih banyak melakukan aktifitas di rumah, salah satu yang saya lakukan adalah menonton film, tapi baru kali ini saya langsung menulis sebuah refleksi setelah menonton sebuah film, " Diam & Dengarkan " produksi Anatman Pictures. Industri hiburan jadi salah satu yang terbatasi atas situasi yang terjadi. Beberapa pekerja kreatif, mengerahkan kreatifitas mereka dalam situasi terbatas untuk tetap berkarya. Dian Sastrowardoyo dalam sebuah wawancara menceritakan tantangan dunia perfilman di situasi pandemi. Eksekusi syuting biasanya berpindah-pindah lokasi, yang kemudian mendadak jadi tempat wisata, sekarang fokus kepada cerita dan akting pemain, sebagai bagian paling esensial dari film, walaupun hanya diambil dari satu tempat saja atau men

Indie Book Shop Tour: Wisata Asik Bagi Para Pecinta Buku

Image
Indie Book Shop Tour pertama diinisiasi oleh @enthalpybooks dan @sintiawithbooks paa 5 Mei 2019. Foto diambil di Aksara Kemang --Jalan-jalan bagi para pecinta buku, ya ke Toko Buku. Ini adalah kali pertama saya datang ke Toko Buku Aksara yang ada di Kemang, padahal sudah beberapa kali melewati toko buku ini dan saya juga sering bekerja di Kemang. Waktu sudah lewat pukul 13.00. Saya kira, saya terlambat. Tidak ada penanda atau petunjuk, hanya ada beberapa orang sedang berkumpul dan bercengkrama. Saya kira pengunjung biasa. Beberapa menit kemudian, seolah saling terkoneksi dari tatapan mata, saya saling tegur sapa dengan Mas Ucha ( @enthalpybooks ), yang akun instagramnya pernah tak sengaja saya kunjungi ketika mencari referensi bookstagram . Anak instagram banget. Semua #garagarainstagram . " Book Shop Tour? " Saya berkenalan dan mendapatkan selembar booklet . Isinya adalah peta kecil, itenarary , dan profil singkat dari beberapa toko buku yang akan kami kunjun

Museum Basoeki Abdullah: Menikmati Lukisan dan Sejarah di Selatan Jakarta

Image
Jakarta Selatan merupakan wilayah yang sdikit memiliki museum dibandingkan dengan wilayah Jakarta lainnya. Salah satu museum yang ada, adalah Museum Basoeki Abdullah yang terletak di wilayah Cilandak Barat. Kebetulan, Museum ini berada tidak jauh dari rumah dan saya belum pernah berkunjung kesana. Museum ini adalah rumah Almarhum Basoeki Abdullah, salah satu pelukis Indonesia yang terkenal. Semasa hidupnya ia sering melakukan pameran di Luar Negeri seperti di Thailand, Malaysia, Jepang, Belanda, Inggris, dan Portugis. Lahir di Solo, 27 Januari 1915. Pelukis beraliran realis ini menutup usia pada tahun 1993 karena dibunuh oleh maling di rumahnya. Setelah ia meninggal, pada tahun 2001 pihak keluarga menyerahkan rumahnya kepada Pemerintahan Republik Indonesia untuk dijadikan museum. Bangunan ini terdiri dari dua gedung. Gedung I adalah rumah asli dari Pak Bas (sebutan Basoeki Abdullah), dan Gedung II adalah bagunan baru tambahan yang berada di sebelah Gedung I dan baru diresmikan p

Museum di Tengah Kebun-House Tour

Image
Perjalanan saya kali ini berkisar di Jakarta Selatan. Sebagai tempat yang dikenal hits dan gaul di Jakarta, Jakarta Selatan tidak hanya punya kafe dan restoran tongkrongan yang nyaman, tapi juga memiliki museum yang dapat dikunjungi. Beberapa museum tersebut adalah Museum Basuki Abdullah di Cilandak, Museum Layang-Layang di Pondok Labu, dan Museum di Tengah Kebun di Kemang. Saya sendiri mengetahui Museum ini dari seorang teman yang jalan-jalan bersama komunitasnya kesana. Terletak di wilayah elit Kemang Timur, saya agak sulit menemukan letaknya karena "nyaru" dengan rumah-rumah yang ada di Kemang. Tidak ada plang besar yang tertulis "Museum di Tengah Kebun." Penanda museum tersebut adalah sebuah prasasti yang berada di taman dekat gerbangnya. Museum ini sesungguhnya adalah rumah milik Sjahrial Djalil, seorang pengusaha di bidang periklanan. Beliau mengoleksi barang-barang antik di rumahnya dan membuat rumahnya bagaikan museum. Mengumpulkan benda-benda kuno,

Ereveld Menteng Pulo-Kuburan Bersejarah di tengah Ibu Kota

Image
Berawal dari sebuah pemandangan dari lantai 12 Wisma Staco, saya melihat areal pekuburan dengan nisan berbentuk salib yang tersusun rapi. Tepat ditengah pekuburan tersebut, ada sebuah bangunan seperti gereja, tapi juga ada sebuah bangunan dengan atap berbentuk kubah seperti Masjid. Pemandangan yang berbeda ini membuat saya penasaran dengan tempat tersebut. Saya mengira bahwa itu adalah bagian dari TPU Menteng Pulo atau yang biasa kita kenal dengan kuburan Kasablanka. Suatu hari, saya menuju Wisma Staco melalui jalan belakang yang melewati Pasar Menteng Pulo dan menemukan papan penunjuk arah menuju Jakarta War Cemetery . Bisa jadi, itu adalah petunjuk menuju tempat yang selama ini saya lihat dari kaca besar di lantai 12. Berbekal rasa penasaran, saya mencari tahu tentang hal tersebut dan bagaimana menuju kesana. Gerbang utama Ereveld Menteng Pulo;. Satu tahun sudah rasa penasaran itu tersimpan, hingga akhirnya saya bisa menjajakan kaki ke tempat tersebut. Bersama teman saya Na

Liburan Pendek Terimpulsif: Belajar Sejarah Santai Kayak Ke Pantai di Museum Open Air

Image
Weekend, biasanya dipakai orang-orang untuk tidur lebih panjang di rumah. Kalaupun ada yang travelling , harus travelling yang mudah dan memanjakan diri. Namun, sejak weekend bulan Ramadhan, saya selalu bangun pagi dan lanjut untuk bervakansi pendek secara impulsif di sekitaran Jakarta. Minggu pertama, saya berkunjung ke Semasa Cafe Kota Tua, Pelabuhan Sunda Kelapa, dan Pameran Namaku Pram di Dia.Lo.Gue Kemang. Minggu kedua, saya bertualang mengunjungi Perpusatakaan Nasional yang baru, Reading Room Kemang, dan menemani teman saya ke pameran Namaku Pram. Minggu ketiga ini, saya memutuskan untuk ikut open trip 3 pulau di Kepulauan Seribu, Pulau Kelo, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir. Keputusan impulsif di weekend berbeda hampir serupa dengan yang weekend pertama dan kedua. Jika pada yang pertama dan kedua saya memutuskan akan jalan-jalan pagi hari setelah bangun tidur, pada weekend ketiga ide muncul hari Kamis siang. Segera saya membayar open trip yang tidak sampai Rp 100 ribu.

Terbatas

Image
Berapa lama lagi aku hidup? Sampai kapan batas usiaku? Setiap hari, usiaku bertambah Berbanding terbalik dengan waktu yang tersisa Aku sadar aku terbatas Waktu dan tubuhku akan habis Aku akan pergi dari perantauan dunia ini Aku fana Bagi-Mu hidupku seperti sesuatu yang hampa Ya, setiap manusia adalah kesia-siaan! Ia hanyalah bayangan yang berlalu! Ia hanya mempeributkan yang sia-sia dan menimbun, Tapi tidak tahu siapa yang meraupnya nanti Aku akan berlalu cepat tapi tidak tanpa tujuan Tempat rantau bukan tempat untuk buang waktu sia-sia Aku harus bekerja tanpa melihat hasil orang Aku harus hidup walaupun di tempat rantau Waktuku dan kemampuanku terbatas Aku tidak dapat melakukan semuanya Tapi Dia telah memberiku modal untuk maksimal dalam keterbatasn Aku harus menemukannya untuk bertanggung jawab hingga akhir Hingga waktunya aku pergi dari tanah rantau ke tanah kelahiran dan kediaman kekalku